Tangkai Obor Berdiri Tegak
Melambangkan keteguhan hati untuk menyumbangkan
dharma bakti kepada Nusa dan Bangsa
Cawan Obor yang Melebar dan Cekung
Adalah wadah dari ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam
Kobaran Api yang Kuning Keemasan
Menunjukkan semangat juang yang tak pernah padam dalam menuntut
ilmu dan menyumbangkannya kepada masyarakat
Bentuk Lingkaran yang Berwarna Ungu
Adalah suatu bentuk geometris yang memberi ciri pada
ilmu pengetahuan yang ditekuni dan dikembangkan
Bingkai Segi Lima
Menyatakan bahwa Universitas Gunadarma berazaskan Pancasila
Rabu, 16 November 2011
Selasa, 15 November 2011
VISI MISI GUNADARMA
VISI
"menjadi Univesitas berbasis Teknologi Infomasi yang terkemuka di Indonesia.
MISI
"memberi kontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkesinambunagan dan meningkatkan kemakmuran masyarakat,menyumbang pendidikan yang bermutu tinggi pada msyarakat sebagai saran untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas,professional,kompeten dan sesuai dengan kebutuhan bangsa untuk saat ini dan yang akan datang,memainkan peranan penting dalam ilmu yang berbasis teknologi informasi dan pengembangan teknologi,memenuhi kebuuhan masyarakat melalui pengenalan,pengalihan, dan penyebaran ilmu pengetahuan ang relevan untuk mencapai kualitas standar nasional dan internasional perguruan tinggi dengan berfokus pada inegrasi Teknologi Infomasi dalam setiap aspek kehidupan manusia.
"menjadi Univesitas berbasis Teknologi Infomasi yang terkemuka di Indonesia.
MISI
"memberi kontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkesinambunagan dan meningkatkan kemakmuran masyarakat,menyumbang pendidikan yang bermutu tinggi pada msyarakat sebagai saran untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas,professional,kompeten dan sesuai dengan kebutuhan bangsa untuk saat ini dan yang akan datang,memainkan peranan penting dalam ilmu yang berbasis teknologi informasi dan pengembangan teknologi,memenuhi kebuuhan masyarakat melalui pengenalan,pengalihan, dan penyebaran ilmu pengetahuan ang relevan untuk mencapai kualitas standar nasional dan internasional perguruan tinggi dengan berfokus pada inegrasi Teknologi Infomasi dalam setiap aspek kehidupan manusia.
KEGIATAN BISNIS INDONESIA
Di Indonesia, menurut saya apapun dapat dijadikan bisnis. Contoh bisnis tentang kulner. Indonesia sangat bergam baik budaya maupun makanannya. Bagi orang-orang yang mempunyai kahlian dalam berbisnis, ia akan memulai usaha itu. Contoh, ‘Pak Dani adalah orang asli Padang Sumatra Barat. Ia tinggal di DKI jakarta ia ingin membuka usaha dari kota asalnya.ia berfikir untuk mengenalkan makanan khas padang itu kepada daerah yang ia tinggali saat ini. Akhirnya ia membuka restoran yang biasa disebut RUMAH MAKAN PADANG. Lambat laun usahanya berkembang dan terkenal dimana-mana.
Selain itu, di Indonesia juga banyak lahan untuk dijadikan bisnis, seperti bisnis batu bara, tambang, elektronik, tekstil dll. Para pebisnis di Indonesia, bahkan dari luar negeri pun berusaha membuka usaha di Indonesia.
Selain itu, di Indonesia juga banyak lahan untuk dijadikan bisnis, seperti bisnis batu bara, tambang, elektronik, tekstil dll. Para pebisnis di Indonesia, bahkan dari luar negeri pun berusaha membuka usaha di Indonesia.
SUASANA UNIVERSITAS GUNADARMA DIKAMPUS E
Didepan kampus terlihat beberapa tempat untuk bersantai, contohnya di depan gedung 1, terlihat ada tempat bersantai dibawah pohon. Tempat untuk ke mushola pun juga nyaman . disini juga ada internet lounge . Dan ada juga lab disini seperti lab akuntansi, lab matematika dasar, dll.
Disini pun terdapat beberapa stand-stand untuk mendaftar seminar, disini para mahasiswanya sangat ramah dan ada beberapa mahasiswa yang usaha dagang disini. Seperti jualan pulsa, jualan kripik, dll. Mereka menjajakan dagangannya ke setiap kelas, hal ini sangat membantu bagi para mahasiswa lain yang enggan untuk membeli jajanan di luar.
Disini pun terdapat beberapa stand-stand untuk mendaftar seminar, disini para mahasiswanya sangat ramah dan ada beberapa mahasiswa yang usaha dagang disini. Seperti jualan pulsa, jualan kripik, dll. Mereka menjajakan dagangannya ke setiap kelas, hal ini sangat membantu bagi para mahasiswa lain yang enggan untuk membeli jajanan di luar.
SEJARAH GUNADARMA
Pada hari jumat tanggal 7 Agustus 1981, mereka membuka pendidikan komputer dengan nama Program Pendidikan Ilmu Komputer (PPIK) yang menampung 91 orang mahasiswa. Dan pada hari senin, tanggal 10 Agustus 1981, kuliah pertama pun dimulai. Kuliah ini pun berkembang sehingga menuntut suatu wadah yang lebih mantap. Melalui asuhan yayasan Pengembangan Sistem Analisis dan Operation Research Matematika (SAOR MATEMATIKA), wadah pendidikan itu berubah menjadi Akademi Sains dan Komputer Indonesia (ASKI). Sejak itu meuncurlah suatu kegiatan untuk membangkitkan standar baru didalam pendidikan. Kegiatan itu berbentuk pendidikan ilmu komputer dan matematika.
Pendidikan komputer dan matematika inipun kemudian dimantapkan lagi kedalam wadah yang lebih tinggi yakni wadah yang berbentuk akademik kewadah yang berbentuk sekolah tinggi. Pada hari kamis, tanggal 21 Juni 1984, nama gunadarma dipilih untuk mejadikan nama dari sekolah tinggi itu. Pada hari senin, tanggal 9 Juli 1984, Yayasan Pengembangan Sistim Analisis dan Operation Research Matematika diganti menjadi Yayasan Pendidikan Gunadarma. Sehari kemudian, pada hari selasa, tanggal 10 Juli 1984, melalui surat keputusan Yayasan Pendidikan Gunadarma , secara resmi nama Gunadarma dikukuhkan dalam sekolah tinggi itu menjadi Sekolah Tinggi Komputer Gunadarma (STKG). Bersama itu, sejak dari tanggal 7 Agustus 1981 melewati tonggak tanggal 21 Juni 1984, tanggal 9 Juli 1994, serta tanggal 10 Juli 1994, satu kurun sejarah telah mengantar pendidikan komputer pada Sekolah Tinggi Komputer Gunadarma kekurun sejarah berikutnya.
Pemantapan ini kemudian di kukuhkan lagi melalui keputusan yang dirintis oleh Koordinator Perguruan tinggi swasta (KOPERTIS) Wilayah III. Pada hari selasa, tanggal 14 Agustus 1984, diselenggarakan oleh gunadarma upacara wisuda pertama serta sarjana muda, untuk diulangi lagi pada hari selasa, tanggal 14 September 1985, STKG ini berkembang di berbagai dimensi serta bersama itu, kita melihat perkembangan ini dari dimensi ke dimensi.
Dimensi pertama adalah dimensi program pendidikan. Pada dimensi ini, STKG mulai memperoleh kemajuan yang cukup pesat. Pada hari sabtu, tanggal 5 Oktober 1985, melalui keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan No.0424/0/1985, sekolah tinggi ini dnyatakan berstatus terdaftar dengan nama baru Sekolah Manajemen Informatika dan Komputer Gunadarma (STEMIK GUNADARMA). Bersamaan dengan itu, STKG berubah menjadi STEMIK GUNADARMA menjadi lebih rinci lagi, didalam status terdaftarnya itu, Gunadarma dapat mengasuh dua jenjang pendidikan yakni Jenjang Pendidikan Tigi Strata Satu (S1) serta Jenjang Pendidikan Tinggi Strata nol (S0) daam bentuk diploma 3 (D3).
Bersama status itu, sekolah tinngi ini mengasuh dua jurusan yakni jurusan Manajemen Informatika (MI) dan Jurusan Teknik komputer (TK) Setiap jurusan memiliki satu program studi yang memiliki nama yang sama dengan jurusannya itu. Demikianlah pada manajemen informatika untuk jenjang S1 dan D3 serta pada jurusan teknik komputer terdapat program studi Teknik Komputer untuk jenjang S1 dan D3. Dan sebagai pemantapan lebih lanjut, pada hari selasa, tanggal 29 Juli 1986 STMIK gunadarma memperoleh status baru dari yayasan pendidikan gunadarma.
http://www.gunadarma.ac.id/
Pendidikan komputer dan matematika inipun kemudian dimantapkan lagi kedalam wadah yang lebih tinggi yakni wadah yang berbentuk akademik kewadah yang berbentuk sekolah tinggi. Pada hari kamis, tanggal 21 Juni 1984, nama gunadarma dipilih untuk mejadikan nama dari sekolah tinggi itu. Pada hari senin, tanggal 9 Juli 1984, Yayasan Pengembangan Sistim Analisis dan Operation Research Matematika diganti menjadi Yayasan Pendidikan Gunadarma. Sehari kemudian, pada hari selasa, tanggal 10 Juli 1984, melalui surat keputusan Yayasan Pendidikan Gunadarma , secara resmi nama Gunadarma dikukuhkan dalam sekolah tinggi itu menjadi Sekolah Tinggi Komputer Gunadarma (STKG). Bersama itu, sejak dari tanggal 7 Agustus 1981 melewati tonggak tanggal 21 Juni 1984, tanggal 9 Juli 1994, serta tanggal 10 Juli 1994, satu kurun sejarah telah mengantar pendidikan komputer pada Sekolah Tinggi Komputer Gunadarma kekurun sejarah berikutnya.
Pemantapan ini kemudian di kukuhkan lagi melalui keputusan yang dirintis oleh Koordinator Perguruan tinggi swasta (KOPERTIS) Wilayah III. Pada hari selasa, tanggal 14 Agustus 1984, diselenggarakan oleh gunadarma upacara wisuda pertama serta sarjana muda, untuk diulangi lagi pada hari selasa, tanggal 14 September 1985, STKG ini berkembang di berbagai dimensi serta bersama itu, kita melihat perkembangan ini dari dimensi ke dimensi.
Dimensi pertama adalah dimensi program pendidikan. Pada dimensi ini, STKG mulai memperoleh kemajuan yang cukup pesat. Pada hari sabtu, tanggal 5 Oktober 1985, melalui keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan No.0424/0/1985, sekolah tinggi ini dnyatakan berstatus terdaftar dengan nama baru Sekolah Manajemen Informatika dan Komputer Gunadarma (STEMIK GUNADARMA). Bersamaan dengan itu, STKG berubah menjadi STEMIK GUNADARMA menjadi lebih rinci lagi, didalam status terdaftarnya itu, Gunadarma dapat mengasuh dua jenjang pendidikan yakni Jenjang Pendidikan Tigi Strata Satu (S1) serta Jenjang Pendidikan Tinggi Strata nol (S0) daam bentuk diploma 3 (D3).
Bersama status itu, sekolah tinngi ini mengasuh dua jurusan yakni jurusan Manajemen Informatika (MI) dan Jurusan Teknik komputer (TK) Setiap jurusan memiliki satu program studi yang memiliki nama yang sama dengan jurusannya itu. Demikianlah pada manajemen informatika untuk jenjang S1 dan D3 serta pada jurusan teknik komputer terdapat program studi Teknik Komputer untuk jenjang S1 dan D3. Dan sebagai pemantapan lebih lanjut, pada hari selasa, tanggal 29 Juli 1986 STMIK gunadarma memperoleh status baru dari yayasan pendidikan gunadarma.
http://www.gunadarma.ac.id/
Minggu, 16 Oktober 2011
PENDIDIKAN DI INDONESIAGuru, elemen yang terlupakan Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru...yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan...atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Di balik perubahan kurikulum yang terus-menerus, yang kadang kita gak ngeh apa maksudnya, ada elemen yang benar-benar terlupakan...Yaitu guru! Ya, guru di Indonesia hanya 60% yang layak mengajar...sisanya, masih perlu pembenahan. Kenapa hal itu terjadi? Tak lain tak bukan karena kurang pelatihan skill, kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru, dan kurangnya gaji. Masih banyak guru honorer yang kembang kempis ngurusin asap dapur rumahnya agar terus menyala. Guru, digugu dan ditiru....Masihkah? atau hanya slogan klise yang sudah kuno. Murid saja sedikit yang menghargai gurunya...sedemikian juga pemerintah. banyak yang memandang rendah terhadap guru, sehingga orang pun tidak termotivasi menjadi guru. Padahal, tanpa sosok Oemar Bakri ini, tak bakal ada yang namanya Habibi. posted by Pendidikan Indonesia at 2:57 PM 51 comments Thursday, August 25, 2005 Gelar....Mabuknya Pendidikan Sekali lagi, Indonesia dihadapkan pada kasus yang mencoreng nama pendidikan. Kasus jual beli gelar yang dipraktekkan oleh IMGI. Cara memperoleh gelar ini sangatlah mudah, Anda tinggal menyetor 10-25 juta, dan Anda dapat gelar yang Anda inginkan..Tinggal pilih...apakah S1, S2, atau S3....benar-benar edan! Sebagian orang mabuk kepayang akan nilai gelar yang memabukkan. Dan tidak tanggung-tanggung yang pernah membeli gelar dari IMGI ini...sekitar 5000 orang. Ini adalah protet buram masyarakat Indonesia yang memuja gelar melampaui batas. Dengan titel, seakan-akan masa depan lebih mudah. Padahal, nasib ditentukan oleh kerja keras...dan sebagian masyarakat Indonesia mencari jalan pintas. Tak heran, jika kasus wakil rakyat yang melakukan jual beli gelar agar kelihatan mentereng menyeruak di mana-mana. Dan dengan kepala kosong, mereka mencoba mengkonsepsikan pemerintahan Indonesia. Apa yang terjadi? Undang-undang sekedar lobi-lobi politik dimana semuanya UUD (ujung-ujungnya duit). Tidakkah kita semua miris lihat kenyataan ini? Lalu apa gunanya gelar kalau ternyata dia hanya kedok belaka? posted by Pendidikan Indonesia at 4:54 PM 12 comments Tuesday, April 19, 2005 Hakikat Pendidikan Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan? Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 43, bah!), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya. Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral. Apa sebaiknya hakikat pendidikan? saya setuju dengan kata mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran strategis/taktis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti yang sangat penting : (1) cerdas (2) hidup (3) bangsa. (1) tentang cerdas Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengaplikasikan ilmunya. (2) tentang hidup Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan snatainya dia menganiaya orang lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan. Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup. (3) tentang bangsa Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial. Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa apa-apa bagi masyarakatnya, bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? Saya setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat. Era globalisasi memang mengaburkan nilai-nilai kebangsaan, karena segala sesuatunya terasa dekat. Saat terjadi perang Irak misalnya, seakan-akan kita bisa melihat Irak di dalam rumah. Tapi masalahnya, apakah kita mampu berperan aktif secara nyata untuk Irak (selain dengan doa ataupun aksi)? Peran aktif kita dituntut untuk masyarakat sekitar...dan siapakah masyarakat sekitar? tidak lain adalah individu sebangsa. inilah sekelumit tulisan yang saya jadikan pokok pemikiran buat apa itu hakikat pendidikan sebenarnya. posted by Pendidikan Indonesia at 5:27 PM 15 comments Sekolah Global di Desa Kecil Kalibening FINA Af'idatussofa (14) bukan siswa sekolah internasional dan bukan anak orang berada. Ia lahir sebagai anak petani di Desa Kalibening, tiga kilometer perjalanan arah selatan dari kota Salatiga menuju Kedungombo, Jawa Tengah. Karena orangtuanya tidak mampu, ia terpaksa melanjutkan sekolah di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah di desanya. Namun, dalam soal kemampuan Fina boleh dipertandingkan dengan siswa sekolah-sekolah mahal yang kini menjamur di Jakarta. MESKI bersekolah di desa dan menumpang di rumah kepala sekolahnya, bagi Fina internet bukan hal yang asing. Ia bisa mengakses internet kapan saja. Setiap pagi berlatih bahasa Inggris dalam English Morning. Ia pernah menjuarai penulisan artikel on line di kotanya. Ia juga berbakat dalam olah vokal meski ia mengatakan tidak ingin menjadi seorang penyanyi. "Kalau menjadi penyanyi, pekerjaanku hanya menyanyi. Padahal, cita-citaku banyak. Aku ingin jadi presenter, aku ingin jadi penulis, pengarang lagu, ilmuwan, dan banyak lagi? Aku juga ingin berkeliling dunia," kata Fina. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah resmi terdaftar sebagai SMP Terbuka, sekolah yang sering diasosiasikan sebagai sekolah untuk menampung orang-orang miskin agar bisa mengikuti program wajib belajar sembilan tahun. Namun, siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sangat mencintai dan bangga dengan sekolahnya. Pukul 06.00 sekolah sudah mulai dan baru berakhir pada pukul 13.30. Akan tetapi, jam sekolah itu terasa sangat pendek bagi murid-murid sekolah tersebut sehingga setelah makan siang mereka biasanya kembali lagi ke sekolah. Mereka belajar sambil bermain di sekolahnya sampai malam, bahkan tak jarang mereka menginap di sekolah. Murid-murid SMP Qaryah Thayyibah memang sangat menikmati sekolahnya. Bersekolah merupakan sesuatu yang menyenangkan. Guru bukanlah penguasa otoriter di kelas, tetapi teman belajar. Mereka bebas berbicara dengan gurunya dalam bahasa Jawa ngoko, strata bahasa yang hanya pantas untuk berbicara informal dengan kawan akrab. Di kelas mereka juga sangat bebas. Mereka bisa asyik mengerjakan soal-soal matematika dengan bersenda gurau, ada yang mengerjakan soal sambil bersenandung, yang lain bermain monopoli. Suasana bermain itu bahkan di taman kanak-kanak pun kini makin langka karena mereka dipaksa oleh gurunya untuk membaca dan menulis. SMP Qaryah Thayyibah lahir dari keprihatinan Bahruddin melihat pendidikan di Tanah Air yang makin bobrok dan semakin mahal. Pada pertengahan tahun 2003 anak pertamanya, Hilmy, akan masuk SMP. Hilmy telah mendapatkan tempat di salah satu SMP favorit di Salatiga. Namun, Bahruddin terusik dengan anak-anak petani lainnya yang tidak mampu membayar uang masuk SMP negeri yang saat itu telah mencapai Rp 750.000, uang sekolah rata-rata Rp 35.000 per bulan, belum lagi uang seragam dan uang buku yang jumlahnya mencapai ratusan ribu rupiah. "Saya mungkin mampu, tetapi bagaimana dengan orang-orang lain?" tuturnya. Bahruddin yang menjadi ketua rukun wilayah di kampungnya kemudian berinisiatif mengumpulkan warganya menawarkan gagasan, bagaimana jika mereka membuat sekolah sendiri dengan mendirikan SMP alternatif. Dari 30 tetangga yang dikumpulkan, 12 orang berani memasukkan anaknya ke sekolah coba-coba itu. Untuk menunjukkan keseriusannya, Bahruddin juga memasukkan Hilmy ke sekolah yang diangan-angankannya. "Saya ingin membuat sekolah yang murah, tetapi berkualitas. Saya tidak berpikir saya akan bisa melahirkan anak yang hebat-hebat. Yang penting mereka bisa bersekolah," kata Bahruddin. Bahruddin mengadopsi kurikulum SMP reguler di sekolahnya. Ia menyatakan tidak sanggup menyusun kurikulum sendiri. Lagi pula sekolah akan diakui sebagai sekolah berkualitas jika bisa memperoleh nilai yang baik dan mendapatkan ijazah yang diakui pemerintah. Karena itulah ia memilih format SMP Terbuka. Akan tetapi, ia mengubah kecenderungan SMP Terbuka sekadar sebagai lembaga untuk membagi-bagi ijazah dengan mengelola pendidikannya secara serius. Sekolah itu menempati dua ruangan di rumah Bahruddin, yang sebelumnya digunakan untuk Sekretariat Organisasi Tani Qaryah Thayyibah. Jumlah guru yang mengajar sembilan orang, semuanya lulusan institut agama Islam negeri dan sebagian besar di antaranya para aktivis petani. Guru pelajaran Matematika-nya seorang lulusan SMA yang kini mondok di pesantren. Akses internet gratis 24 jam diperoleh dari seorang pengusaha internet di Salatiga yang tertarik dengan gagasan Bahruddin. Dengan modal seadanya sekolah itu berjalan. Ternyata pengakuan terhadap keberadaan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak perlu waktu lama. Nilai rata- rata ulangan murid SMP Qaryah Thayyibah jauh lebih baik daripada nilai rata-rata sekolah induknya, terutama untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Sekolah itu juga tampil meyakinkan, mengimbangi sekolah-sekolah negeri dalam lomba cerdas cermat penguasaan materi pelajaran di Salatiga. Sekolah itu juga mewakili Salatiga dalam lomba motivasi belajar mandiri di tingkat provinsi, dikirim mewakili Salatiga untuk hadir dalam Konvensi Lingkungan Hidup Pemuda Asia Pasifik di Surabaya. Pada tes kenaikan kelas satu, nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris siswa Qaryah Thayyibah mencapai 8,86. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah juga maju dalam berkesenian. Di bawah bimbingan guru musik, Soedjono, anak-anak sekolah bergabung dalam grup musik Suara Lintang. Kebolehan anak-anak itu dalam menyanyikan lagu mars dan himne sekolah dalam versi bahasa Inggris dan Indonesia bisa didengarkan ketika membuka alamat situs sekolah www.pendidikansalatiga.net/qaryah. Grup musik anak-anak desa kecil itu telah mendokumentasikan lagu tradisional anak dalam kaset, MP3, maupun video CD album Tembang Dolanan Tempo Doeloe yang diproduksi sekaligus untuk pencarian dana. Seluruh siswa bisa bermain gitar, yang menjadi keterampilan wajib di sekolah itu. Sulit dibayangkan anak- anak petani sederhana itu masing-masing memiliki sebuah komputer, gitar, sepasang kamus bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris, satu paket pelajaran Bahasa Inggris BBC di rumahnya. Semua itu tidak digratiskan. Anak-anak memiliki semua itu dengan mengelola uang saku bersama-sama sebesar Rp 3.000 yang diterima anak dari orangtuanya setiap hari. Uang sebesar Rp 1.000 dipergunakan untuk mengangsur pembelian komputer. Untuk sarapan pagi, minum susu, madu, dan makanan kecil tiap hari Rp 1.000, sedangkan Rp 1.000 lainnya untuk ditabung di sekolah. Tabungan sekolah itu dikembalikan untuk keperluan murid dalam bentuk gitar, kamus, dan lain-lainnya. Tidak mengherankan jika anak-anak dan orangtua mereka bangga dengan sekolah itu. Betapa tidak, di sekolah yang berdekatan dengan rumah di sebuah desa kecil mereka mendapatkan banyak hal yang tidak diperoleh di sekolah-sekolah yang dikelola dengan logika dagang. Ismanto (43) menceritakan, anaknya sempat down saat mendaftar SLTP di Salatiga dua tahun lalu. Uang masuknya Rp 200.000, belum termasuk buku dan seragam. Tidak ada seorang murid pun ke sekolah dengan berjalan kaki selain anaknya, Emi Zubaiti (13). Kini Emi menjadi seorang anak yang pandai dalam berbagai mata pelajaran, pintar bernyanyi, dan percaya diri. Ia tidak pernah membayangkan bisa menyekolahkan Emi, anak pasangan tukang reparasi sofa dan bakul jamu gendong, mendapat sekolah yang baik. Bahkan Ismanto ikut menikmati komputer yang dikredit dari uang saku anaknya. Dibimbing anaknya, sekarang Ismanto mulai belajar komputer. "Tidak pernah terpikir, saya bisa membelikan komputer. Kini saya malah bisa ikut menikmati," kata Ismanto. Catatan pribadi : --------------------- Nah, kita liat sample aja yah. Bukan berarti pendidikan harus mahal kan? Bisa murah tapi berkualitas. Pendidikan murah berkualitas bukanlah sesuatu yang utopis, tapi bisa dicapai dengan tekad. Siapa bilang sekolah harus mahal? posted by Pendidikan Indonesia at 6:19 AM 8 comments Monday, April 18, 2005 Diskriminasi Pendidikan Diambil dari pendidikanmurah --------------------------------------------------------------- Rasa-rasanya rasa muakku sudah sampai pada puncaknya. Setelah membaca rubrik Humaniora di harianKompas edisi hari ini, aku menjadi semakin jengkelsaja dengan kebijakan sistem pendidikan di Indonesia yang kian lama kian wagu saja. Akhir-akhir ini rubrik Humaniora Kompas memang banyak menyoroti tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Diawali dengan pemberitaan mengenai ide cemerlang dari salah seorang ketua RW di salah satu desa di Sala Tiga yang dengan kreatifnya menggagas sebuah sekolah alternatif untuk siswa SLTP dengan konsep sekolah terbukanya sampai pada kegilaan mungkin lebih tepat jika disebut kebodohan dari pemerintah mengenai rancangan sistem jalur pendidikan yang baru. Dalam sistem pendidikan yang baru ini pemerintah akan membagi jalur pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara finansial bisa dikatakan kurang bahkan tidak mampu. Dengan kata lain jalur formal mandiri adalah jalur bagi siswa kaya sedangkan jalur formal standar adalah jalur bagi siswa miskin. Konyol memang. Aku sampai tidak habis pikir bisa-bisanya pendidikan dikotak-kotakkan berdasarkan tingkat fianansial dari peserta didik. Dalam hal ini, pemerintah berdalih bahwa pada jalur formal mandiri akan disediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu miskin agar dapat menuntut ilmu pada jalur ini. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah Berapa banyak sich beasiswa yang disediakan?. Pemerintah sendiri menyatakan bahwa setidaknya akan ada lima persen siswa miskin yang bersekolah di setiap sekolah yang menyelenggarakan jalur formal mandiri. Menurut ku ini juga merupakan salah satu bentuk kebodohan yang lain. Coba saja kita bayangkan seandainya ada seorang siswa miskin yang memperoleh beasiswa untuk bersekolah di jalur formal mandiri yang nota bene tempat sekolahnya siswa kaya. Bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi minder dan rendah diri. Ketika teman-temannya selalu mengenakan seragam yang bersih dan tersetrika dengan rapi dengan menggunakan pelembut dan pewangi pakaian sedangakan siswa miskin ini hanya mampu mengenakan seragam bekas alias hibahan dari tetangganya, bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi objek tontonan bagi siswa-siswa kaya? Apakah pembagian jalur pendidikan ini merupakan salah satu misi pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa? Menurutku, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Aku cukup salut dengan pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warga nya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan. Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja? Apakah memang orang miskin dilarang sekolah? posted by Pendidikan Indonesia at 1:09 PM 8 comments Wednesday, December 29, 2004 Kapitalisme Pendidikan Sudah rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. Yah seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu maupun jutaan rupiah, belum lagi kalo masuk SD-SMP-SMA-Universitas yang favorit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan universitas yang favorit akan menghabiskan 100 juta lebih. Wow! Sekolah memang harus mahal, itulah stigma yang tertanam di benak sebagian orang, dari orang awam dan bahkan sampai beberapa pejabat depdiknas. benarkah demikian??? Itu adalah omongan sesat, mereka yang bicara ngelantur begitu sudah pasti tidak pernah lihat kondisi luar. Malaysia, Jerman, bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikannya sangat murah dan dapat diaksese oleh sebagian besar lapisan masyarakatnya. Pendidikan yang kapitalistik sekarang ini, yang bertujuan bisnislah yang membuat biaya-biaya membengkak. Pendidikan diserahkan sebagian kontolnya kepada swasta karena pemerintah yang kurang becus. Ada baiknya swasta ikut mengatur pendidikan sehingga masyarakat pun bisa berperan dalam lembaga pendidikan, tapi walau bagaimanapun ini bukan berarti bahwa pemerintah lepas tangan begitu saja. Ya, kan??? Pendidikan instan ala swasta yang mementingkan bisnis kjadi masalah besar buat dunia pendidikan. kadang terbaca di iklan-iklan, lembaga pendidikan yang menawarkan lulus
Langganan:
Postingan (Atom)